Game Terbaik Tahun 2016 #8 (Dasi): Dark Souls 3

Dark Souls 3 dinobatkan sebagai salah satu waralaba paling mengasyikkan, inovatif, menantang, dan berkesan dalam sejarah industri kami.

Dark Souls 3 bukan hanya akhir dari trilogi Dark Souls. Ini adalah Akhir.

Tidak ada lagi Jiwa, tidak ada lagi yang ditularkan melalui Darah—jika presiden FromSoftware Hidetaka Miyazaki dapat dipercaya, itu saja.

Seiring berjalannya bab terakhir, Dark Souls 3 mencapai hampir semua nada yang tepat. Setiap area penuh dengan jalur dan pintasan yang saling berhubungan yang membuat Dark Souls asli (dan pendahulunya, Demon's Souls) sangat menyenangkan untuk dijelajahi, meskipun dunianya sendiri adalah yang paling linier dalam seri ini, dan terlalu banyak area yang terasa didaur ulang atau disertakan. keluar dari definisi universal tentang seperti apa game Dark Souls itu. Ya, ada rawa. Gua yang lembap dan kelabu? Anda yakin. Ksatria bermata merah berkeliaran di koridor istana? Tentu saja!

Untungnya, masalah ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan betapa fantastisnya tampilan, suara, dan permainan Dark Souls 3. Berkat teknologi Bloodborne yang mengesankan, pertarungan terasa lebih baik dari sebelumnya, dan desain visual serta auralnya bisa dibilang yang paling imersif sejak Demon's Souls.

Tetap saja, saya terus mengingat kembali betapa familiarnya Dark Souls 3, dan tidak selalu dengan cara yang menakjubkan dan memikat yang membuat serial ini disayangi oleh para penggemar. Saya telah mencurahkan 145 jam dan terus menghitung ke dalam game ini, dan meskipun saya menyukainya, game ini bisa diberi judul "Dark Souls 1: Greatest Hits" baik atau buruk. Ini lebih bersifat berulang daripada inovatif; lebih banyak tentang penyempurnaan daripada mengambil lompatan besar.

Pada akhirnya, saya setuju dengan itu. Lebih Banyak Hal yang Sama, dalam konteks Jiwa Gelap, lebih baik daripada Kebanyakan Segalanya di Luar Sana. Dark Souls 3 adalah coda dari franchise SoulsBorne, yang mengakhiri salah satu petualangan paling mengasyikkan, ambisius, menantang, dan berkesan dalam sejarah industri kami. Meskipun Dark Souls 4 atau Bloodborne 2 tidak pernah terwujud, kami selalu memiliki game ini untuk dimainkan.

-David Craddock, Hollow dan Penguasa Cinders

Hitung Mundur Game Terbaik Tahun 2016:

David L. Craddock menulis fiksi, nonfiksi, dan daftar belanjaan. Dia adalah penulis serial Stay A While and Listen, dan serial novel fantasi Gairden Chronicles untuk dewasa muda. Di luar menulis, dia menikmati bermain game Mario, Zelda, dan Dark Souls, dan dengan senang hati akan berdiskusi panjang lebar tentang berbagai alasan mengapa Dark Souls 2 adalah yang terbaik dalam seri ini. Ikuti dia secara online didavidlcraddock.comdan @davidlcraddock.